New Glassware Shop in Series House Organizer Dining Chair < 1jt New Mug for You Must Have Baking Tools Bar Essentials Must Have Cooking Tools Dinnerware Set

Perlukah Restoran Melakukan Livestreaming untuk Meningkatkan Penjualan?

Blog thumbnail


Bayangkan ketika ada orang yang sedang santai scroll media sosial sore hari, lalu tiba-tiba berhenti karena melihat chef di restoran sedang memasak?

Bukan video editan, tapi live. Suara wajan, api menyala, chef yang sesekali menyapa penonton dan menjawab pertanyaan di kolom komentar.

Tanpa sadar, rasa lapar muncul dan berpikir, “Kayaknya enak, deh. Pesan sekarang atau mampir ya?”

Di sinilah keuntungan melakukan livestreaming untuk bisnis restoran, kafe, atau tempat usaha kuliner.

Bagi banyak bisnis F&B, livestream bukan lagi sekadar tren, tapi cara baru untuk mendekatkan brand dengan pelanggan.

Namun, tidak sedikit juga yang ragu: apakah livestream benar-benar efektif? Atau justru hanya buang waktu dan tenaga?

Jawabannya: livestream bisa sangat efektif, asal dilakukan dengan cara yang tepat.

 

Mengapa Livestreaming Mulai Dilirik Restoran?

Orang datang ke restoran bukan hanya untuk makan, tapi untuk merasakan pengalaman.

Livestream memberi kesempatan bagi calon pelanggan untuk “mengintip” pengalaman itu sebelum mereka datang.

Saat restoran melakukan live, penonton melihat proses yang nyata: dapur yang aktif, bahan makanan yang segar, hingga cara makanan disajikan.

Semua itu membangun rasa percaya. Tidak dibuat-buat, tidak terlalu rapi, justru di situlah letak daya tariknya.

Selain itu, livestream memungkinkan interaksi langsung. Penonton bisa bertanya menu favorit, request lihat proses masak tertentu, atau sekadar menyapa chef.

Bagi restoran, ini adalah momen emas untuk mendengar suara pelanggan secara langsung, tanpa perantara.

Ditambah lagi, konten live biasanya lebih disukai algoritma media sosial. Artinya, peluang menjangkau orang baru jadi lebih besar dibanding posting biasa.

 

Apa Manfaat Nyata Livestreaming untuk Bisnis F&B?

Manfaat pertama tentu membangun kepercayaan. Ketika orang melihat sendiri bagaimana makanan dibuat, siapa yang memasak, dan bagaimana standar kebersihannya, mereka merasa lebih yakin untuk mencoba.

Kedua, engagement yang lebih hidup. Livestream bukan komunikasi satu arah. Ada obrolan, polling, dan tanya jawab. Ini membuat brand terasa dekat, bukan sekadar akun bisnis.

Ketiga, livestream bisa langsung mendorong penjualan. Misalnya dengan promo khusus selama live, menu terbatas, atau ajakan reservasi di akhir sesi. Banyak keputusan makan terjadi secara spontan, dan livestream sangat mendukung momen itu.

Yang sering terlupakan, livestream juga bisa jadi aset konten. Rekamannya bisa dipotong jadi reels, konten edukasi, atau behind the scenes untuk hari-hari berikutnya.

 

Konten Livestream Seperti Apa yang Disukai Penonton?

Tidak perlu konsep rumit. Justru yang sederhana dan jujur biasanya lebih menarik.

Live masak di dapur selalu jadi favorit. Penonton suka melihat proses, bukan hanya hasil akhir. Perkenalan menu baru juga efektif, apalagi jika disertai cerita singkat tentang inspirasinya.

Sesi ngobrol dengan chef atau owner juga punya daya tarik tersendiri. Cerita tentang perjalanan restoran, tantangan, atau menu andalan membuat brand terasa lebih manusiawi.

Sesekali, format interaktif seperti polling, kuis, atau giveaway bisa membantu menjaga suasana tetap hidup. Yang penting, alurnya tidak monoton dan tidak terasa seperti presentasi.

 

Platform Mana yang Paling Cocok?

Pilih platform sesuai dengan audiens Anda. Instagram Live cocok untuk konten visual yang santai dan cepat.

Facebook Live bagus untuk menjangkau komunitas yang lebih luas. YouTube Live cocok jika ingin sesi yang lebih panjang dan bisa dicari kembali. Tak lupa, ada TikTok Live yang didukung beragam fitur menarik.

Tidak harus semuanya. Lebih baik fokus di satu atau dua platform yang benar-benar digunakan oleh target pelanggan Anda.

 

Kapan Waktu Terbaik untuk Livestream?

Waktu ideal biasanya menjelang jam makan, entah itu sarapan, makan siang, atau makan malam. Di jam ini, orang mulai memikirkan makan dan lebih mudah terpengaruh.

Durasi yang aman berkisar 20–40 menit. Cukup untuk bercerita dan berinteraksi, tanpa membuat penonton bosan.

Untuk frekuensi, satu kali seminggu atau dua kali sebulan sudah cukup, asalkan konsisten.

 

Jadi, Perlukah Restoran Mencoba Livestreaming?

Jika restoran Anda siap tampil apa adanya dan mau berinteraksi langsung dengan pelanggan, jawabannya ya, layak dicoba.

Di tengah persaingan F&B yang semakin padat, livestream bisa menjadi pembeda—cara sederhana tapi kuat untuk membuat pelanggan merasa lebih dekat, lebih percaya, dan akhirnya, lebih memilih restoran atau kafe Anda. Selamat mencoba live streaming!